- Suluh: Edukasi masyarakat mengenai pencegahan HIV/AIDS.
- Temukan: Deteksi dini bagi individu yang berisiko.
- Obati: Penyediaan akses pengobatan yang mudah dan berkelanjutan.
- Pertahankan: Pendampingan bagi Orang dengan HIV (ODHIV) untuk memastikan kepatuhan terhadap pengobatan.
Farhan menyoroti bahwa tantangan terbesar tidak hanya berasal dari aspek medis, tetapi juga dari stigma dan diskriminasi yang masih ada di masyarakat. Ia menekankan perlunya pendekatan komprehensif yang menggabungkan pengobatan medis dengan kekuatan spiritual. Hal ini disampaikan dalam acara Spiritual Building untuk Komunitas dan Penggiat HIV/AIDS yang berlangsung di Aula Masjid Agung Al Ukhuwah pada 6 Maret 2025.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa sejak tahun 1991 hingga Januari 2025, terdapat 9.784 kasus HIV/AIDS secara kumulatif. Namun, hanya sekitar 65% atau 6.370 ODHIV yang secara konsisten menjalani pengobatan. Hal ini menunjukkan masih adanya tantangan dalam memastikan setiap ODHIV mendapatkan akses pengobatan dan dukungan sosial yang memadai.
Ketua Panitia acara tersebut, Maya, mengungkapkan bahwa tema yang diusung adalah “Satukan Hati, Kuatkan Diri, Bersama Tebar Cinta”. Tema ini mengingatkan bahwa meskipun jalan yang ditempuh penuh tantangan, dengan persatuan dan dukungan, kita dapat menemukan kekuatan yang lebih besar dari yang dibayangkan.
Dengan kolaborasi aktif dari berbagai pihak, Wali Kota Farhan optimis bahwa target ‘Three Zero’ di Kota Bandung dapat tercapai pada tahun 2030. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan Kota Bandung yang sehat, inklusif, dan penuh kepedulian.
Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Bandung memerlukan pendekatan holistik yang mencakup edukasi, deteksi dini, akses pengobatan, serta pengurangan stigma dan diskriminasi. Dengan strategi STOP dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, diharapkan tujuan ‘Three Zero’ dapat tercapai, menjadikan Bandung sebagai kota yang bebas HIV/AIDS pada tahun 2030.