Munggahan di Situs Karangkamulyan diberi nama Ngikis, di Galuh Salawe ditetapkan WBTB dengan nama Misalin dan di Kertabumi dibranding dengan nama Merlawu. Tiga kata ini sebenarnya hanya satu kegiatan tradisi yakni ziarah kubur yang dirangkai dengan bersih-bersih makam dan botram bersama.
Entah siapa sosok yang berdakwah dengan melakukan Islamisasi budaya Galuh, yang jelas tradisi Mapag Ramadhan turun temurun dilaksanakan oleh anak cucu yang meyakini jasa leluhur di masa lalu.
Tapi sayang sejak berkembang paham Wahabisme lokal yang menyerang ziarah kubur, nyaris semua situs Galuh sepi dari penziarah. Makam para waliyullah dan penyebar Islam dilupakan karena pada takut dicap musyrik dan khurafat. Situa warisan leluhur banyak yang hancur dan akhirnya masyarakat muslim di Ciamis terputus silsilahnya dengan leluhur.
Sejarah Syiar Islam Di Ciamis
Dari penelusuran sejarah syiar Islam di Ciamis pasca reformasi, tidak banyak ulama, ustadz dan kyai yang berdakwah di kalangan seniman dan budaya Sunda. Para kaum Abangan dan Sunda Wiwitan hingga kini tidak mendapatkan pencerahan Islam karena ulama Islam membenci tradisi dan mengkafirkan orang.