JAKARTA, Faktaindonesianews.com — Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengenang masa-masa kelam yang dialami keluarganya setelah kepergian sang ibunda, Ani Yudhoyono, pada 1 Juni 2019. Menurutnya, Cikeas seperti kehilangan cahaya selama dua tahun, setelah sosok ibu negara era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu meninggal dunia.
Hal tersebut diungkapkan AHY dalam acara peluncuran buku The Mentor: 9 Purnama di Sisi SBY karya Merry Riana, di Jakarta, Senin (3/11/2025).
“Kami menjadi saksi dua tahun gelap, Cikeas gelap seperti hilang auranya,” ujar AHY seperti dikutip dari detikcom. “Dulu menjadi salah satu pusat kekuatan politik di Indonesia. Dua tahun itu gelap rasanya. Kami semua terpukul, tapi lebih sedih melihat Pak SBY yang begitu kehilangan,” lanjutnya.
Di tengah masa duka itu, AHY menyebut sang ayah perlahan bangkit dan menemukan kembali kebahagiaannya. SBY menyalurkan kesedihan lewat seni, mulai dari melukis, menulis puisi, hingga menciptakan lagu. Bagi AHY, proses tersebut menunjukkan betapa kuatnya sang ayah dalam menghadapi kehilangan mendalam.
“Kebahagiaan itu harus diperjuangkan, bukan diberikan. Jangan berharap orang lain membuat kita bahagia karena itu bisa mengecewakan. Pak SBY pandai menata hati,” kata AHY.
“Tuhan kembali menuntun, dan beliau bisa menata hati melalui semua itu. Bukan hanya bangkit, tapi juga melakukan transformasi yang luar biasa,” tambahnya.
Lima tahun telah berlalu sejak Ani Yudhoyono meninggal dunia di National University Hospital (NUH) Singapura, Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu setempat. Istri Presiden ke-6 RI itu wafat setelah berjuang melawan kanker darah yang dideritanya sejak awal Februari 2019.
Selama masa pengobatan, SBY selalu setia mendampingi sang istri, sementara anak dan menantunya bergantian menjaga. Ani sempat menjalani transplantasi sumsum tulang belakang yang didonorkan oleh adiknya, Pramono Edhie Wibowo, namun tidak membawa perubahan signifikan. Kondisinya sempat memburuk dan harus dirawat intensif di ICU sebelum akhirnya berpulang.
Ani Yudhoyono meninggal pada usia 66 tahun. Perempuan kelahiran Yogyakarta itu merupakan putri dari Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo, mantan Panglima RPKAD. Sebelum menjadi ibu negara, Ani sempat menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Kristen Indonesia, namun mengundurkan diri setelah ayahnya ditugaskan sebagai Duta Besar RI untuk Korea Selatan.
Selain dikenal sebagai sosok yang hangat dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial, Ani juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat.






